Senin, 28 Oktober 2013
Kamis, 24 Oktober 2013
Dari gambar dalam poster tersebut terlihat
bahwa lapisan ozon yang menyelimuti bumi semakin menipis. Lapisan ozon yang
semakin menipis dampak dari global
warming. Dalam gambar tersebut terlihat bumi menggunakan payung untuk
melindungi dirinya dan bumi juga terlihat menangis. Payung di sini adalah
sebuah istilah/perumpamaan untuk lapisan ozon, dan yang mengakibatkan lapisan
ozon semakin menipis tidak lain diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak
memperhatikan lingkungannya.
Tujuan
pembuatan poster adalah untuk mengetahui bahaya global warming bagi kehidupan di bumi dan ingin menyadarkan manusia untuk
mengelola bumi ini secara bijak.
Pesan yang ingin disampaikan dari poster tersebut adalah
- Penebangan hutan : “ jangan hanya bisa menebang hutan saja tanpa melakukan reboisasi”
- Mobil pribadi dan motor : “ gunakanlah sarana tranportasi umum di bandingkan kendaraan pribadi untuk mengurangi polusi udara yang kian marak”
- Gedung-gedung semakin banyak : “ semakin banyak gedung maka akan menambah pemanasan global, maka pembangunan gedung harus memperhatikan faedah dari pembangunan gedung tersebut”
- Asap pabrik : “Jangan membuat cerobong asap yang langsung/tidak ada penyaringannya, perhatikan apa yang di sebabkan oleh asapmu itu”
- Limbah pabrik : “jangan buang limbah pabrik di sungai, lihat karena ulahmu sungai pun menjadi sasaranmu”
“Jagalah bumimu untuk warisan anak cucumu”
Selasa, 22 Oktober 2013
Persebaran
Flora dan Fauna di Indonesia
Pembagian flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) di
Indonesia dibedakan menurut garis yang disebut sebagai garis Wallace dan Weber.
Garis Wallace adalah sebuah garis hipotetis
yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australis. Garis
Weber adalah sebuah garis khayal pembatas antara dunia flora dan fauna di
paparan sahul dan di bagian lebih barat Indonesia.
Alfred Russel Wallace merupakan seorang ahli Inggris
yang pernah mengadakan penelitian tentang keanekaragaman fauna di hutan Amazon
serta disusul oleh penelitian fauna di Indonesia pada tahun 1854 hingga 1862.
Sedangkan Max William Carl Weber merupakan ilmuwan asal Jerman bidang zoologi
(hewan) yang terkenal berkat beberapa jasanya, yaitu pernah memimpin ekspedisi
laut Sibolga pada tahun 1899 hingga 1900 dan pernah pula mengadakan penelitian
tentnag fauna di daerah Indonesia Timur pada tahun 1888. Penelitian Wallace dan
Weber tersebut kemudian menghasilkan kesimpulan bahwa Indonesia memiliki tiga
daerah pembagian flora dan fauna. Tiga daerah tersebut adalah Indonesia Barat,
Indonesia Tengah, dan Indonesia Timur. Garis Wallace memisahkan antara flora
dan fauna di Indonesia Barat dan Tengah, sedangkan garis Weber memisahkan
antara flora dan fauna di Indonesia Tengah dan Timur.
A.
Indonesia Barat
Tipe flora dan fauna mirip dengan flora dan fauna
khas Asia.Semakin ke kawasan timur, maka jenisnya semakin langka.Contoh flora:
pohon meranti, kemenyan, karet, kapur barus (kamper), dan lain sebagainya.sedangkan fauna: harimau tutul, gajah, badak, banteng, ular
sanca, dan lain sebagainya.
B.
Indonesia Tengah
Tipe flora dan fauna: peralihan antara Indonesia
Barat dan Indonesia Timur. Flora dan fauna di Indonesia Tengah umumnya
merupakan fauna endemik yang hanya terdapat
di Indonesia.Contoh flora: lontar, dsb. sedangkan fauna: kuskus, anoa, babi rusa,
kera, dan lain sebagainya.
C.
Indonesia Timur
Tipe flora dan fauna: mirip flora dan fauna
AustraliaContoh flora: eucalyptus, rasamala. Sedangkan fauna: burung
kasuari, beruang pohon, cendrawasih, kanguru, dan lain sebagainya.
1.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna
a. Kondisi
geologi
Keanekaragaman flora
dan fauna di permukaan bumi ini diperkirakan sesuai dengan perkembangan bumi
dalam membentuk benua (kontinen) menurut Teori ”Apungan” dan ”Pergeseran Benua”
yang disampaikan oleh Alfred Wegener(1880-1930)
b. Iklim
Suhu dan kelembapan udara berpengaruh
terhadap proses perkembangan fisik flora dan fauna, sedangkan sinar matahari
sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk fotosintesis dan metabolisme tubuh bagi
beberapa jenis hewan. Angin sangat berperan dalam proses penyerbukan atau
bahkan menerbangkan beberapa biji-bijian sehingga berpengaruh langsung terhadap
persebaran flora. Kondisi iklim yang berbeda menyebabkan flora dan fauna berbeda
pula.
c. Ketinggian tempat
Ahli
klimatologi dari Jerman yang bernama Junghuhn membagi habitat beberapa tanaman
di Indonesia berdasarkan suhu, sehingga didapatkan empat penggolongan iklim
sebagai berikut.
1. Wilayah
berudara panas (0 – 600 m dpal).
Suhu wilayah ini antara 23,3 °C – 22 °C,
Tanaman yang cocok ditanam di wilayah ini adalah tebu, kelapa, karet, padi,
lada, dan buah-buahan.
2. Wilayah
berudara sedang (600 – 1.500 m dpal)
Suhu wilayah ini
antara 22 °C – 17,1 °C. Tanaman yang cocok ditanam pada wilayah ini
adalah kapas, kopi, cokelat, kina, teh, dan macam-macam sayuran, seperti
kentang, tomat, dan kol.
3. Wilayah
berudara sejuk (1.500 – 2.500 m dpal)
Suhu wilayah ini antara 17,1 °C – 11,1 °C.
Tanaman yang cocok ditanam pada wilayah ini antara lain sayuran, kopi, teh, dan
aneka jenis hutan tanaman industri.
4. Wilayah
berudara dingin (lebih 2.500 m dpal)
Wilayah ini dijumpai tanaman yang berjenis pendek.
Contohnya, edelweis.
d. Faktor biotik.
Pohon
beringin merupakan salah satu tanaman yang disukai burung. Burung-burung
tersebut memakan biji beringin yang telah matang, lalu burung tersebut tanpa
sadar ternyata telah menyebarkan tanaman beringin melalui biji yang masuk ke
dalam tubuh burung lalu keluar bersama kotorannya. Pencernaan burung ternyata
tidak mampu memecah kulit keras biji-biji tertentu sehingga biji tersebut
keluar bersama kotoran. Biji yang keluar bersama kotoran tersebut apabila
berada di habitat yang cocok akan tumbuh menjadi tanaman baru.
2.
Konservasi adalah pelestarian
atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa
Inggris, (Inggris)Conservation yang artinya pelestarian
atau perlindungan.
Sedangkan menurut ilmu lingkungan,
Konservasi adalah
1. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi,
transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di
lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.
2. Upaya perlindungan
dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
3. (fisik)
Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia
atau transformasi fisik.
4. Upaya suaka dan
perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan
5. Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu
wilayah dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat
berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya.
Kawasan
konservasi mempunyai karakteristik sebagaimana berikut:
1.Karakteristik,
keaslian atau keunikan ekosistem (hutan hujan tropis/'tropical rain forest'
yang meliputi pegunungan, dataran rendah, rawa gambut, pantai)
2.
Habitat penting/ruang hidup bagi satu atau beberapa spesies (flora dan fauna)
khusus: endemik (hanya terdapat di suatu tempat di seluruh muka bumi), langka,
atau terancam punah (seperti harimau, orangutan, badak, gajah, beberapa jenis
burung seperti elang garuda/elang jawa, serta beberapa jenis tumbuhan seperti
ramin). Jenis-jenis ini biasanya dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.
3.Tempat
yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah alami.
4.Lansekap
(bentang alam) atau ciri geofisik yang bernilai estetik/scientik.
5.Fungsi
perlindungan hidro-orologi: tanah, air, dan iklim global.
6.Pengusahaan
wisata alam yang alami (danau, pantai, keberadaan satwa liar yang menarik).
3. Pengertian
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman
hayati (biodiversity atau biological diversity) merupakan istilah
yang digunakan untuk menggambarkan kekayaan berbagai bentuk kehidupan di bumi
ini mulai dari organisme bersel tunggal sampai organisme tingkat tinggi.
Jenis
keanekaragaman hayati
1.
Keanekaragaman genetik (genetic diversity); Jumlah total informasi genetik yang terkandung di dalam
individu tumbuhan, hewan dan mikroorganisme yang mendiami bumi.
2.
Keanekaragaman spesies (species diversity); Keaneraragaman organisme
hidup di bumi (diperkirakan berjumlah 5 – 50 juta), hanya 1,4 juta yang baru
dipelajari.
3. Keanekaragaman
ekosistem (ecosystem diversity); Keanekaragaman habitat, komunitas
biotik dan proses ekologi di biosfer atau dunia laut.
4. Manfaat
dari pengembangan keanekaragaman hayati
Manfaat
dari pengembangan keanekaragaman hayati antara lain:
a.
Manfaat dalam Ekonomi
Jenis hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) dapat
diperbarui dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Beberapa jenis kayu memiliki
manfaat bagi kepentingan masyarakat Indonesia maupun untuk kepentingan ekspor,
misalnya saja kayu jati jika di ekspor akan menghasilkan devisa bagi negara.
Beberapa tumbuhan juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan yang mengandung
karbohidrat, protein, vitamin serta ada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat-oabatan dan kosmetika.
b.
Manfaat dalam Ekologi
misalnya hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis
memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan yang penting bagi bumi, antara
lain:
a. Merupakan paru-paru bumi Kegiatan fotosintesis
hutan hujan tropis dapat menurunkan kadar karbondioksida (CO2) di atmosfer,
yang berarti dapat mengurangi pencemaran udara dan dapat mencegah efek rumah
kaca.
b. Dapat menjaga kestabilan iklim global, yaitu
mempertahankan suhu dan ke lembaban udara. Selain berfungsi untuk menunjuang
kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan
keberlanjutan ekosistem.
c. Manfaat dalam
Farmasi
Manusia telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk
kepentingan medis. Selain pengobatan tradisional, pengobatan moderenpun
sangat tergantung pada keragaman hayati terutama tumbuhan dan mikroba. Sumber
daya dari tanaman liar, hewan dan mikroorganisme juga sangat penting dalam
pencarian bahan-bahan aktif bidang kesehatan. Banyak obat-obatan yang
digunakan saat ini berasal dari tanaman; beberapa antibiotik, berasal
dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru ditemukan setiap saat.
d. Manfaat dalam
Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama
dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak
jenis hewan dan tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya.
Dengan demikian keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan
pengetahuan dan penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan. Misalnya
penelitian mengenai sumber makanan dan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.satwa.net/94/mengenal-persebaran-flora-dan-fauna-di-indonesia.html
Langganan:
Postingan (Atom)